Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan budaya budaya yang beraneka ragam, dari sabang sampai merauke. Di setiap daerah Indonesia pasti mempunyai budaya masing-masing. Salah satu contoh yang ada di Kota Cirebon yaitu Kesenian Tari Topeng  Kelana. Yuk kita bahas terlebih dahulu apa itu tari  topeng? Tari topeng merupakan tarian yang penarinya menggunakan topeng dan salah satu kesenian tarian tatar parahyangan. Topeng sudah ada sejak zaman pra sejarah. Biasanya tarian ini di gunakan dalam tari yang menjadi bagian dari acara upacara adat yang di yakini bahwa topeng berkaitan erat dengan roh-roh nenek moyang yang dianggap sebagai dewa. Di beberapa suku, topeng masih menghiasi berbagai jenis kegiatan seni dan adat sehari-hari. Dari cerita dahulu Ramayana dan cerita Panji yang berkembang sejak ratusan tahun yang lalu menjadi inspirasi utama dalam penciptaan topeng di jawa dan tari topeng dapat merujuk ke beberapa kesenian yang ada. Sebenarnya tari topeng di daerah Cirebon itu banyak sekali jenisnya, dalam hal gerakan maupun cerita yang ingin disampaikannya. Oh ya, pasti pada belum tau kan siapa sih yang pertama kali menciptakan tari topeng kelana? Tapi yang pasti tari topeng kelana ini sudah ada sejak zaman kerajaan singasari. Hal ini di buktikan dengan di temukannya buku kitab kertagama yang menggambarkan Raja Hayam Wuruk yang sedang menari dengan menggunakan topeng yang terbuat dari emas. Tari topeng itu merupaka kesenian asli di daerah Cirebon termasuk indramayu, jatibarang, losari dan brebes.  Nah tari Topeng Kelana itu sendiri berasal dari kota yang disebut dengan Kota Udang alias Kota Cirebon.  Ada saatnya tari topeng kelana di pentaskan bersamaan dengan tari topeng kencana wungu. Sebenarnya tari topeng itu bukan hanya terdiri dari tari topeng kelana saja, melainkan ada tari topeng panji, tari topeng samba, tari topeng rumyang, dan tari topeng tumenggung. Sebenarnya tari topeng kelana sudah ada sejak zaman kerajaan singasari. Yuk cari tau dulu apa itu topeng? Yaa topeng merupakan sebuah karya seni yang tercipta sebagai ekspresi tentang batin yang berhubungan dengan wajah. Tari topeng ini biasanya di mainkan oleh satu penari atau bisa di mainkan juga oleh beberapa penari. Tari Topeng Kelana memiliki ukiran topeng yang paling rumit dan banyak ikatan diatas topengnya. Topeng dan kostumnya memiliki ciri khas yang berwarna merah yang pada dasarnya bentuk dan warna topeng tersebut melambangkan karakter yang di mainkan bersifat angkuh. Tari Topeng memiliki tarian yang sangat agresif dan enerjik karena tarian ini merupakan akumulasi gerakan dari semua tarian topeng yang ada. Tarian ini melambangkan sifat angkara murka yang terdapat dalam diri manusia. Banyak yang percaya bahwa tari topeng kelana merupakan tari yang sudah ada di kalangan istana raja–raja di pulau jawa sebelum kemudian berkembang di kota Cirebon. Contohnya tari topeng kelana yang merupakan bagian rangkaian gerakan yang bercerita tentang Raja Prabu Minakjingga yang tergila gila dengan kecantikan dari Ratu Kencana Wungu. Akan tetapi, upaya pengejaran kepada Kencana Ungu tidak berhasil dan Prabu Minakjingga murka. Kemarahan yang tidak bisa di umpatkan lagi kemudian membeberkan segala keburukannya. Dalam tari topeng kelana ini, kelana yang merupakan orang yang angkuh, dendam, amarah yang tinggi, dan tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya di visualisasikan dalam gerakan langkah kaki yang panjang dan tangannya yang terbuka lebar serta jari-jarinya yang selalu mengepal bak orang yang sedang menyimpan dendam. Sebagian gerakan tariannya menggambarkan seseorang yang gagah, marah dan tertawa terbahak-bahak dan sebagainya. Pada dasarnya, bentuk dan warna topeng yang mewakili karakter si tokoh yang di mainkan. Kelana dengan topeng dan kostum yang di dominasi warna merah mewakili karakter yang temperamental. Atau contoh lainnya tari topeng kelana yang biasa disebut Topeng Rowana atau sebutan yang mengacu pada salah satu tokoh yang ada juga dalam pernannya yaitu Rahwana. Sosok rahwana yang memiliki karakter yang sama percis dengan tokoh kelana dalam cerita Panji. Di Cirebon, topeng kelana dan Rowana kadang-kadang di artikan sebagai tarian yang sama, namun dalam beberapa dalang topeng membedakan kedua tarian tersebut dan hanya kedoknya saja yang sama. Jika kedok kelana yang diyakini memakai kostum irah-irahan atau makuta rahwana di bagian kepalanya dan di bagian punggungnya memakai badong dan itulah yang disebut dengan Topeng Rowana. Sementara Topeng Kelana kostumnya jauh berbeda dengan Topeng Rowana yang kelihatan sangat mirip dengan kostum tokoh yang ada dalam Wayang Wong. Biasanya juga tarian ini di iringi dengan nada irama gonjing yang di lanjutkan dengan sarung ilang. Tariannya sama seperti halnya topeng yang lain, yang terdiri dari bagian baksarai (tari yang belum memakai kedok) dan bagian ngedok (tari yang memakai kedok)
Di kalangan masyarakat Cirebon, tari topeng kelana merupakan tari yang boleh di pentaskan oleh semua orang. Tarian ini merupakan sarana hiburan untuk menghibur orang-orang sekitar. Tarian ini di iringi musik yang bersemangat dan meriah agar penonton yang melihat juga ikut bersemangat dan tidak bosan dalam melihat pertunjukannya, contoh dari alat musik yang biasa di gunakan yaitu kendang dan rebab.  Biasanya sebelum tarian ini berakhir, penari biasanya penari mengelilingi tamu undangan, pengunjung, pedagang, dll yang menonton untuk di mintai uang. Penari berkeliling dengan dengan menjulurkan topeng yang ia pegang sebagai wadah agar pengunjung memberi sedikit uangnya dengan ikhlas tanpa merasa ada keterpaksaan. Jika penari sudah merasa cukup dengan apa yang dia dapatkan, ia akan kembali lagi ke panggung dan sebagai tanda terima kasihnya ia akan menampilkan tarian tambahan sebagai penutup. Bagian ini merupakan symbol dari raja-raja yang sudah kaya raya namun masih belum merasa cukup dengan apa yang ia miliki sehingga ia harus merampas harta rakyat-rakyat kecil tanpa memperdulikan lingkungan sekitar. Tari topeng kelana menjadi pementasan yang patut untuk di tonton. Tarian ini merupakan proses pewarisan hubungan dengan adat istiadat sebuah desa. 
Nyarayuda adalah sebuah pesan moral untuk mengingatkan kita tentang bagaimana sebaiknya berkehidupan di masyrakat. Kelana yang notabennya seorang raja yang kaya raya yang tidak akan merasa kekurangan apa pun namun masih merasa kekurangan dan merasa semua yang ia miliki belum cukup dan masih merasa kekurangan. Sehinnga ia tetap mengambil harta masyarakat kecil sebanyak-banyaknya tanpa memperdulikan apakah itu hak dia atau bukan. Yaa itulah pesan yang di sampaikan oleh nyarayuda. Sebaiknya lebih banyak memberi kepada yang membutuhkan di bandingkan harus mengemis-ngemis seperti orang yang tidak mampu padahal ia sudah mampu lahir dan batin.

0 Komentar